Berita

Cerpen | Jarak Menuju Kenangan 

15
×

Cerpen | Jarak Menuju Kenangan 

Sebarkan artikel ini

Oleh: Honing Alvianto Bana

SUARA TTS.COM | SOE – Kenangan adalah jarak yang memisahkan detik ini dengan cintanya. Tapi juga satu-satunya yang menghubungkannya. Selain itu, dia tak punya apa-apa lagi, kecuali rindu yang tak berkesudahan. Terakhir kali mereka bertemu, perempuan itu memintanya melupakannya. Ia mengatakannya dengan ringan, “anggap saja kita tidak pernah saling kenal.” Seolah-olah menyuruhnya melupakan sebungkus rokok yang hari ini tertinggal di kamar mandi, lalu hilang begitu saja.

Perempuan itu memang tak pernah datang lagi. Tak pernah menelpon atau mengirim pesan sekalipun. Tapi bayangan wajah perempuan itu adalah hal pertama yang dilihatnya setiap kali dia membuka mata. Juga rambutnya yang ikal berkilau itu. Dan kakinya yang perlahan melangkah menjauh. Seolah-olah peristiwa pergi itu baru saja terjadi. Dekat sekali. Berulang kali.

Dia jadi sering bertanya-tanya dalam hati. Berapa jauh dari sini ke rumah perempuan pencipta kenangan itu? Berapa kilometer yang harus ditempuh untuk mengulang hujan yang membuat mereka berlari sambil bergandengan tangan untuk berteduh disebuah kios kecil didekat persimpangan?

Berapa belokan sebelum dia mencapai kos yang suatu saat pernah melukai pelipis perempuan itu?

“Berapakah jarak dari sini ke waktu itu?” Ia melontarkan pertanyaan itu pada siapa saja. Pada hujan yang berjatuhan didepan rumah, pada sebutir embun yang menggantung didahan pohon alpukat, pada tukang ojek yang lalu lalang tak jelas, pada jejak kaki disetapak menuju rumah, pada secangkir kopi buatan ibu yang rasanya aneh, dan suara dua ekor babi dikandang yang tak mau diajak berkompromi.

Tapi tak ada yang tahu jawabnya. Atau mungkin mereka tahu, tapi tak ada yang berani pergi.

“Perjalanan itu, bro,” kata seorang teman semasa kecil,“ akan memakan waktu satu hati saja.”

“Hah, cuma satu hati saja?” ia terkejut sambil bertanya dalam hati.

Dia memejamkan mata. Menghitung dalam kepala dengan rumus yang hanya dia sendiri yang tahu. Kalau mungkin, dia sangat ingin menempuhnya.

** Honing Alvianto Bana. Lahir di Kota Soe – Nusa Tenggara Timur. Saat ini sedang aktif di Komunitas Paloli TTS dan Pemuda Gereja GBKN.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *