Oleh: Honing Alvianto Bana
SUARA TTS.COM – SOE- Pada hakekatnya, demokrasi mengandung tiga unsur utama terkait dengan pemerintahan, yakni dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi, dan memerintah melalui wakil-wakilnya di eksekutif maupun legislatif.
Tentu saja, demokrasi, sebagai sebuah tata pemerintahan, tidaklah sempurna. Banyak hal yang masih harus terus diperbaiki, seringkali dengan perjuangan yang berat dan lama.
Namun, kita harus ingat, demokrasi, dengan ketidaksempurnaannya, tetap merupakan bentuk tata pemerintahan terbaik. Tata pemerintahan lainnya, seperti kerajaan, militerisme, aristokrasi dan kekaisaran, mudah sekali diselewengkan, sehingga menghancurkan keadilan dan kemakmuran sebuah bangsa.
Demokrasi membuka ruang untuk kontrol dari rakyat terhadap para pemimpinnya. Ia menawarkan sebuah cara, sehingga rakyat bisa memastikan, bahwa para pemimpinnya bekerja untuk kebaikan bersama, dan bukan untuk memperkaya diri, ataupun kelompoknya.
Pendek kata, demokrasi memiliki peluang paling besar untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran untuk seluruh rakyat. Namun, ada satu catatan kecil terkait dengan salah satu peristiwa terpenting di dalam demokrasi, yakni pemilihan umum.
Di dalam demokrasi, semua orang memiliki hak pilih yang sama. Inilah sistem satu orang satu suara.
Sekilas, pola ini terlihat adil. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, ada ketidakadilan yang bercokol disana.
Di dalam masyarakat demokratis, tidak semua orang menanggung beban yang sama. Kaum tua yang sudah pensiun tinggal menikmati waktu-waktu senggangnya. Sementara, kaum muda harus mulai merintis karirnya, dan bekerja jauh lebih keras.
Mereka menanggung beban yang lebih besar. Hasil pemilu pun juga amat mempengaruhi hidup mereka, lebih daripada kehidupan kaum tua.
Pendek kata, kaum muda memiliki tantangan dan taruhan yang lebih besar di dalam pemilu. Maka dari itu, pemuda perlu ambil bagian dalam perannya untuk menciptakan dan mensukseskan pemilu serengak ditahun 2024 mendatang.
**Ambil peran**
Peran para pemuda dalam gelaran pemilu dapat diaktualisasikan setidaknya ke dalam tiga posisi. Pertama, dengan melibatkan diri sebagai penyelenggara pemilu di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat daerah hingga tingkat desa. Manfaat yang dapat diperoleh dari peran sebagai penyelenggara pemilu adalah pengetahuan empiris dan teknis seputar penyelenggaraan pemilu.
Para pemuda akan mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi di lapangan sebagai penyelenggara pemilu. Dengan melibatkan diri sebagai penyelenggara pemilu, kaum muda juga akan menyadari bahwa bekerja sebagai penyelenggara tidak semudah yang terlihat. Lagi pula mereka sudah seharusnya merasa malu bila di lapangan masih ditemukan para penyelenggara pemilu yang didominasi oleh generasi berusia di atas 40an. Bagaimanapun pemilu serentak ditahun 2024 mendatang menuntut kecepatan dan efisiensi kerja yang memerlukan fisik prima yang dimiliki para pemuda. Melalui perannya sebagai penyelenggara Pemilu, para pemuda berarti siap untuk menjadi bagian integral dari proses demokrasi.
Kedua, yang dapat dimanfaatkan oleh pemuda ialah berperan sebagai tim pemenangan salah satu calon presiden atau calon legislator. Tujuannya agar mereka memperoleh pengalaman tentang dinamika politik dan kepemiluan. Pengalaman yang diperoleh di lapangan sebagai tim pemenangan nantinya akan berguna untuk proses pendewasaan berdemokrasi. Dengan begitu segala bentuk perbedaan opini yang disebabkan oleh adanya perbedaan dukungan yang ditemukan di lapangan menjadi suatu hal yang biasa.
Ketiga, melalui peran edukatif terhadap masyarakat. Peran itu bisa diwujudkan oleh para pemuda dengan bergabung dalam lembaga independen atau pemantau Pemilu. Pentingnya bergabung didalam lembaga pemantau pemilu ini supaya ada di antara para pemuda yang berposisi sebagai pihak yang berada di luar lingkaran dukung-mendukung antarcalon.
Dengan begitu, terdapat para pemuda yang bisa mengambil jarak untuk melihat dinamika dan realitas politik secara jernih. Mereka juga akan melihat dinamika yang terjadi selama pemilu dari berbagai sudut pandang. Semua peran tersebut diharapkan dapat membentuk sisi idealisme sebagai ekspresi yang identik dan melekat dalam jiwa generasi muda.
**Tantangan**
Tantangan terbesar generasi muda saat ini adalah sejauh mana pemuda mampu mempertahankan independensi pikiran di tengah serbuan opini dan propaganda di tahun politik. Yang paling dikhawatirkan ialah para pemuda justru terbawa dan termakan oleh sentimen-sentimen politik yang diproduksi oleh elite politik. Termasuk di dalamnya pihak yang dengan sengaja mempersempit sudut pandang dan objektifitas agar bisa mempengaruhi para pemilih pemula.
Bagaimana pun, para pemuda khususnya yang berstatus pemilih pemula belum memiliki pijakan yang kokoh. Mereka bukanlah generasi tua yang kaya pengalaman dan biasanya teguh pada pendirian. Bisa dikatakan pemilih pemula menjadi pihak yang rawan untuk dipengaruhi dan dipropaganda lewat berbagai saluran media.
Pemuda yang masih minim jam terbang dalam dunia kepemiluan harus segera menyadari bahwa mereka akan dihadapkan pada serbuan berita. Terlebih di tahun politik nanti yang hampir pasti isinya sarat dengan subjektifitas. Itu merupakan tantangan aktual yang menuntut para pemuda untuk mengadaptasikan diri dengan baik di tengah dinamika dan suhu politik yang akan semakin memanas.
Pada akhirnya kita semua berharap kaum muda bisa ikut ambil bagian dalam pemilu serentak ditahun 2024 mendatang. Baik itu sebagai penyelenggara, pemantau pemilu, maupun tim pemenangan. Hal tersebut sangatlah penting, sebab jika kaum muda mengambil peran dengan penuh kesadaran maka dapat menentukan nasib bangsa ke depan. Salam
Honing. Alvianto. Bana. Lahir di Soe, Nusa Tenggara Timur. Saat ini sedang aktif di Komunitas Paloli TTS.