Oleh: Adris Naitboho
SUARA TTS.COM | SOE – Peran orangtua dalam mendidik anak sangat penting dalam keluarga Kristen. Perkembangan zaman menjadi tantangan dalam mendidik anak, misalnya banyaknya media daring sebagai hasil perkembangan teknologi, menuntut tanggung jawab orang tua yang lebih baik untuk mendidik anak.
Secara umum pendidikan Kristen dilakukan dalam empat konteks yaitu sekolah, keluarga, gereja dan masyarakat. Setiap anggota keluarga sangat berperan dalam mendidik anak, karena keluarga adalah komunitas terkecil yang memberi banyak pengaruh bagi masa depan anak tersebut. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak untuk belajar, berinteraksi, dan mengenali banyak hal. Keluarga juga merupakan sebuah tempat bagi seorang anak untuk membawa pengalamannya, sehingga peran orang tua untuk mendidik anak mempunyai pengaruh besar bagi masa depan anak.
Dalam berbagai bidang kehidupan, dapat dilihat adanya peran didikan orang tua yang memberi pengaruh yang sangat kuat. Hubungan orang tua yang tidak harmonis akan membuat anak menjadi tegang dan mempengaruhi kondisi psikis mereka, oleh sebab itu perlu peran yang baik dari orang tua untuk mendidik anak.
Di tengah persaingan dengan dunia maya, orang tua dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan dalam konteks keluarga. Di era revolusi industri, peran orang tua dalam pendidikan anak semakin dibutuhkan, sebab perkembangan berbagai teknologi dapat menyebabkan lepasnya kontrol terhadap anak.
Tantangan krusial di era revolusi industri ini adalah berkembangnya teknologi informasi yang mempengaruhi semua kelompok umur. Terhadap anak-anak, perkembangan teknologi menghasilkan perkembangan anak yang berbeda dengan perkembangan generasi sebelumnya, seperti masalah interaksi sosial yang berpindah dari interaksi langsung menjadi interaksi di dunia maya. Kemudian revolusi industri dapat menghasilkan persaingan antar manusia menjadi semakin tajam sehingga anak-anak sebagai generasi penerus perlu dipersiapkan untuk hidup menghadapi tantangan tersebut. Revolusi industri diwarnai oleh kecerdasan buatan yang dimasukkan dalam mesin.
Perkembangan tersebut tidak dapat ditolak tetapi anak-anak sebagai generasi baru yang akan menghadapi hasil dari perkembangan revolusi industri. Oleh sebab itu, orangtua perlu menjalankan fungsinya sebagai pendidik bagi anak-anaknya untuk menghadapi tantangan revolusi industri, serta menciptakan suasana rumah yang bersahabat dan harmonis.
Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa dan sebaliknya, apabila kepribadian anak buruk maka akan hancur pula kehidupan bangsa yang akan datang. Anak juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah, oleh karena itu sebagai orangtua yang baik wajib untuk mengajarkan mereka, membina, serta mendidik mereka kepada jalan yang benar atau hal yang positif. Keberadaan anak di dalam masyarakat merupakan satu fakta bahwa mereka adalah generasi penerus manusia secara umum.
Alkitab mencatat jelas bahwa anak-anak mendapat tempat yang istimewa dihati Yesus. Salah satu contohnya adalah para orangtua yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk didoakan. Yesus menyambut baik sikap yang menunjukkan kepercayaan dan pengabdian ini namun, para murid mengira bahwa Yesus terlalu sibuk untuk memperhatikan anak-anak ini dan mereka mencoba menghentikan para orangtua dan anak-anak yang datang kepada Yesus akan tetapi Yesus merespon tindakan para murid ini dengan mengatakan, “biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Sorga” (Matius 19:14). Yesus tidak pernah menolak anak-anak, Dia selalu menyambut dan melibatkan mereka dalam pelayanan-Nya sama seperti yang dilakukan-Nya terhadap orang dewasa. Artinya bahwa di mata Tuhan, anak juga sangat berharga, seringkai orangtua tidak memberikan kesempatan kepada anak terlibat dalam berbagai kegiatan kerohanian. Betapa pentingnya pertumbuhan iman anak yang adalah tanggung jawab orangtua, oleh karena itu sebagai orangtua memiliki kewajiban untuk terus membenahi anak agar selalu melibatkan diri dalam kegiatan kerohanian bukan melarang atau membatasi mereka.
Dalam kitab Kejadian 1:28, menjelaskan bahwa sebagai umat yang beriman orangtua tidak hanya harus mengasihi Tuhan sendiri melainkan orangtua juga harus membesarkan anak-anak yang kelak mengasihi Tuhan dan menaati perintah-Nya. Dengan kata lain memiliki anak tidak berbicara tentang hal yang berpusat pada orangtua atau pribadi melainkan orangtua harus mengajarkan anak agar berpusat pada-Nya. Sebagai orangtua terpanggil untuk menjaga segala ciptaan-Nya. Serta merawat dan membesarkan anak-anak yang dititipkan untuk hormat dan kemuliaan Tuhan.
Dalam Matius 11:25-26, menyatakan bahwa pada waktu itu berkatalah Yesus “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan Langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu”. Dari kutipan ayat ini dapat disimpulkan bahwa janganlah kita meremehkan seorang yang berkedudukan kecil karena seorang yang berkedudukan kecil itulah yang empunya kerajaan sorga.
Dapat dikatakan Jika orangtua memberikan teladan yang baik maka iman anak akan mulai bertumbuh secara perlahan dan akan terus berkembang sehingga tidak akan hidup dalam pergaulan yang tidak berkenan bagi Tuhan. Sebagai orangtua yang superparents wajib mengetahui perannya yang sangat penting menurut Alkitab adalah sebagai berikut:
Orangtua wajib mengenalkan konsep takut akan Tuhan (Amsal 1:7) “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Peranan orang tua dalam mendidik anak yang pertama adalah untuk mengajarkan mereka agar “TAKUT AKAN TUHAN”. Superparents bisa mengajarkan anak dimulai dari rajin berdoa dan membaca Alkitab setiap hari.
Orangtua wajib mendidik tanpa amarah (Efesus 6:4) “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Kolose 3:21) “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Hal ini memang tidak mudah tetapi Rasul Paulus mengingatkan kepada kita agar mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Ketika amarah kita meledak-ledak dalam mendidik anak, maka hati anak bisa tersakiti dan berbahaya untuk masa depan mereka. Jika anak sudah tawar hati, maka akan sulit mendidik mereka.
Orangtua wajib mengajarkan anak untuk mengasihi Tuhan (Ulangan 6:5-7) “Kasihilah TUHAN, Allah mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Konteks ini secara jelas menyatakan bahwa Allah ingin agar setiap orang tua selalu mengajarkan kepada anak secara berulang-ulang untuk mengasihi Tuhan. Jadi, anak tidak hanya sekadar tahu, tapi melakukannya juga dalam kehidupan mereka.
Orangtua wajib mengajarkan agar terus bersyukur (Ulangan 4:9) “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.” Selalu bersyukur itu tidak mudah, apalagi di masa-masa sulit namun Tuhan ingin agar sebagai orangtua mengajarkan kepada anak untuk melihat kebaikan Tuhan dalam kehidupannya. Kebaikan Tuhan harus selalu diingat agar saat anak melewati masa sulit, mereka pun tetap bersyukur dan mampu menghadapinya.
Orangtua wajib Mendidik sesuai dengan kepribadian anak (Amsal 22:6) “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Super parents penting untuk mengenal kepribadian anak. Dengan mengenal kepribadiannya maka dapat menentukan cara mendidik mereka secara efektif.
Orangtua wajib Mengajar dengan disiplin (Amsal 13:24) “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Ayat ini bermakna bahwa bukan berarti menjadikan kita sebagai orang tua yang ‘lembek’, tapi tetap bisa mendisiplinkan anak. Tongkat dalam artian disini bukanlah melakukan kekerasan, tapi didikan yang disiplin dan tegas. Anak yang bersalah tetap harus mendapatkan teguran, ajaran, dan bahkan hukuman agar mereka tidak berlaku seenaknya.
Menjadi keluarga Kristen yang ideal dan mampu membesarkan anaknya dengan norma-norma keagamaan dengan baik menjadi dambaan siapa saja tapi perjuangan yang harus dilakukan untuk mencapai nilai-nilai itu tak segampang membalikkan telapak tangan. Sebagai orangtua Kristen yang super parents menginginkan anak-anaknya mengamalkan nilai-nilai Kristen dalam pergaulan sampai mereka dewasa.
Dengan demikian, peranan Orangtua sangat besar dan penting dalam hidup seorang anak dalam perkembangannya, setiap anak membutuhkan orang lain. Orangtua sebagai pihak utama yang bertanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan iman anak.
* Adris Naitboho adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Kristen Arastamar SoE (STAKAS)