Ket Foto : Nampak warga masih bertahan dengan tinggal dibawah terpal
Laporan Reporter SUARA TTS. COM, Dion Kota.
SUARA TTS. COM | SOE – Pasca penertiban atau pembongkaran rumah warga di daerah Besipae, Kabupaten TTS oleh Pemprov NTT, hingga saat ini warga masih tetap bertahan di Besipae. Dengan menggunakan terpal, masyarakat membangun rumah darurat dan memilih tetap bertahan di Besipae.
“ Kami tidak keluar pak, kami akan tetap di sini. Biar kami tinggal di bawah terpal juga tidak apa-apa. Kami tetap pertahankan tanah kami ini. Biar hujan kami basah, malam tidak bisa tidur juga tidak apa-apa, kami tidak akan keluar,” ungkap Damaris Tefa kepada SUARA TTS. COM, Jumat 21 Oktober 2022.
Demaris bersama puluhan warga Besipae lainnya memilih tinggal dalam berbagai keterbatasan untuk memperjuangkan tanah mereka. Pasca pembongkaran rumah warga, kini warga Besipae memilih membangun rumah darurat dengan menggunakan terpal di bawah rerimbunan pohon.
Ket foto :Nampak barang-barang milik warga Besipae masih berserakan di atas.
Niko Manao perwakilan warga Besipae, meminta agar Pemprov mau melakukan identifikasi ulang terhadap batas-batas tanah yang diklaim sebagai milik Pemprov NTT bersama masyarakat dan Pertanahan.
Pasalnya menurut Niko, di dalam lahan seluas 3.780 Ha yang diklaim milik Pemprov tersebut, terhadap tanah-tanah milik masyarakat sehingga perlu untuk diluruskan terkait batas-batas tanah tersebut.
“ Kita mau harus ada duduk bersama, lalu kita lakukan identifikasi bersama tentang batas-batas tanah yang diklaim milik Pemprov itu. Karena saat ini, ada tanah-tanah masyarakat yang juga masuk dalam 3.780 Ha yang diklaim milik Pemprov NTT. Kita harus luruskan sehingga masalah ini tidak diwariskan dari satu generasi ke generasi lain,” pinta Niko.
Diberitakan sebelumnya, Kondisi Besipae kembali bergejolak. Konflik masyarakat dan Pemprov NTT kembali memanas. Kamis 20 Oktober 2022, Pemprov NTT melakukan penertiban dengan membongkar atau meruntuhkan rumah warga Besipae.
Untuk diketahui, rumah warga yang dibongkar tersebut, merupakan rumah bantuan Pemprov NTT yang dikerjakan pada tahun 2020 lalu.
Pada Tahun 2020, Pemprov NTT membangun rumah layak huni ( berdinding bebak) untuk 14 KK yang selama ini mendiami kawasan Besipae.
Proses pembongkaran rumah warga dilakukan oleh anggota Satpol Propinsi NTT dan pegawai Aset Pemprov NTT. Nampak anggota kepolisian Polres TTS dan Brimo Polda NTT melakukan pengaman di lokasi.
Kepala Badan Pendapatan dan Aset daerah NTT Alex Lumba langsung memimpin proses pembongkaran rumah warga tersebut.
Dengan menggunakan sensor, linggis dan kabel, satu persatu rumah warga Besipae dirubuhkan hingga nyaris rata dengan tanah. Sebelum dirubuhkan, anggota Satpol PP terlebih dahulu mengeluarkan satu persatu perabotan milik warga.
Sempat terjadi ketegangan ketika ada barang milik warga yang tertindi bangunan rumah yang rubuh.
Warga Besipae langsung berteriak sambil berlari ke arah anggota Satpol PP ketika ada barang warga yang tertindi bangunan rumah yang dirubuhkan.
Pantauan SUARA TTS. COM, warga nampak tidak melakukan perlawanan ketika rumahnya dirubuhkan satu persatu. Warga menyebut Pemprov NTT tak punya hati karena menghancurkan rumah mereka.
Kendati rumahnya telah dihancurkan, warga Besipae mengaku tidak akan keluar dari kawasan Besipae. Mereka siap tinggal di bawah pohon untuk mempertahankan tanahnya. (DK)
Editor : Erik Sanu