Ket Foto. (Istimewa)
Oleh: Honing Alvianto Bana
SUARA TTS.COM | SOE – Kodrat itu artinya ketentuan. Kodrat itu adalah hal-hal yang sudah tertentu sifatnya. Contohnya, kodrat bumi itu berputar pada porosnya, dan bergerak mengelilingi matahari. Kodrat itu terjadi mengikuti kodrat yang lain, yaitu hukum gravitasi.
Kodrat perempuan itu adalah segala sesuatu yang terkait dengan fungsi kelaminnya. Perbedaan kodrati perempuan dan laki-laki adalah perempuan punya vagina, rahim, dan payudara yang bisa berfungsi untuk menghasilkan air susu.
Perempuan bisa hamil, itu kodrat. begitu juga dengan Laki-laki bisa membuahi, itu juga kodrat. Tapi hal itu tidak bisa dipertukarkan. Laki-laki tidak bisa hamil, perempuan tidak bisa membuahi.
Konstruksi Sosial
Bekerja mencari nafkah itu bukan kodrat laki-laki. Itu hasil dari konstruksi sosial. Trus apa itu konstruksi sosial? konstruksi sosial adalah hasil kesepakatan manusia dalam suatu kelompok, membentuk masyarakat. Kesepakatan itu bisa berubah dan juga bisa diubah.
Di masyarakat agraris dulu mencari nafkah adalah tanggung jawab laki-laki. Bagaimana dengan perempuan? Perempuan juga ikut bertanggung jawab. Kalau tidak percaya, coba pergi ke kampung atau desa-desa,trus coba lihat saja, disana perempuan juga bekerja di kebun dan ladang. Artinya perempuan juga ikut mencari nafkah.
Selanjutnya, apakah perempuan hanya bekerja dikebun atau ladang saja? Jawabannya, Tidak. Perempuan juga berdagang atau ikut berjualan di pasar.
Yang saya sampaikan diatas itu adalah konstruksi sosial yang sudah ada didalam kebudayaan kita sejak dulu.
Tapi itu kan di desa, bagaimana kalau di kota? di kota juga sama saja. Struktur itu tidak berubah. Laki-laki bekerja di kantor, perempuan juga. Persis seperti di masyarakat desa.
Jadi jangan percaya kalau ada yang bilang: perempuan itu kodratnya hanya bekerja di rumah (atau dapur) saja.
Begitu juga jangan percaya kalau ada yang bilang anak perempuan itu jangan disekolahkan karna nanti ujung-ujung kawin dengan orang punya anak laki-laki.
Kalau ada yang bilang begitu, itu pembodohan dan penipuan atau manipulasi biar perempuan terus tertinggal dan bodoh. Sekali lagi, jangan percaya!
Jadi orang-orang (umumnya laki-laki) yang biasanya bicara begitu sebetulnya maunya apa? Maaf, sepertinya mereka hanya ingin agar perempuan tetap terbelakang. Cukup kerja di kebun dan rumah saja. Tidak usah pakai otak, pakai otot saja. Mereka bicara atas nama kodrat, adat atau kadang atas nama perintah Tuhan. Tapi sebenarnya mereka hanya menyuarakan kebodohan dan hasrat mereka yang kacau.
Belenggu Patriarki.
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. Sederhananya, patriaki adalah sistem yang menguntungkan posisi laki-laki.
Contohnya begini, biasanya didalam keluarga; rumah, tanah dan harta benda lainnya itu hanya diwariskan kepada keturunan laki-laki. Artinya apa? secara tersirat sistem dalam keluarga sudah melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki.
Contoh lain lagi, kalau menikahi janda dianggap sebagai menikahi barang bekas. Tapi kalau menikahi duda dianggap hal wajar.
Kalau dalam budaya kita orang Timor, perempuan yg diceraikan itu biasa disebut “Mpoli” atau dibuang/ ditinggalkan/dilempar. Sumpah, itu pelabelan yang sangat-sangat tidak baik dan merugikan posisi perempuan.(istilah itu kalau salah tolong dikoreksi)
Contoh lain lagi, kadang saudara laki-laki punya hak untuk melarang dan memukul saudara perempuannya kalau berpacaran. Tapi kalau saudara laki-laki yang berpacaran, bahkan merusak kesucian perempuan yang lain, kadang dianggap wajar dan biasa saja.
Saya tambahkan contoh lain lagi, kalau menikah, marga perempuan harus mengikuti marga laki-laki dan contoh-contoh yang lainnya.
Dari contoh-contoh diatas, sistem sosial patriarki itu kadang bersembunyi dengan rapi sehingga sulit terdeteksi. sistem sosial patriarki ssperti itu menjadikan laki-laki memiliki hak istimewa dan dominasi terhadap perempuan. Tapi apakah dominasi ini hanya ada dalam ranah personal atau keluarga saja? tidak. dominasi ini sudah mencakup ranah yang lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Dalam ranah personal dan dalam lingkup keluarga, budaya patriarki adalah akar dari munculnya berbagai kekerasan yang dialamatkan oleh laki-laki kepada perempuan. Atas dasar “hak istimewa” yang dimiliki laki-laki, mereka juga merasa memiliki hak untuk menghina, memukul, dan mengeksploitasi tubuh perempuan.
Seringkali, saat membaca berita. kita melihat banyak sekali terjadi KDRT dan lain-lainnya yang kalau dilihat sepintas, kita bisa menyalahkan perempuan. Tapi kalau kita tenang lalu menganalisis lebih jauh maka sebetulnya masalahnya ada pada laki-laki.
Contohnya, berita tentang seorang perempuan muda yang membuang bayinya seuasi melahirkan.
Sejujurnya, tindakan perempuan itu memang salah. Hanya saja, kita perlu berlaku adil dengan melihat bahwa masalah itu bisa saja karna banyak faktor.
Perempuan yang membuang bayi itu tidak tiba-tiba ingin membuang bayi tersebut. Dia pasti tertekan dengan berbagai keadaan. Bisa saja, laki-laki tidak mau bertanggung jawab. Bisa juga karna malu, bisa juga karna takut pada keluarga, bisa juga karna memikirkan siapa yang harus menafkahi bayi ini, bisa juga karna suruhan laki-laki dan lain-lain.
Dalam situasi seperti itu, beberapa kemungkinan biasanya menghinggapi kepala perempuan secara bersamaan. Tapi apa yang kita lihat? dalam pemberitaan atau saat kejadian seperti itu, perempuan yang dimaki, dituduh bodoh, disalahkan dengan berbagai macam olokan dan lain-lain. lalu dimanakah laki-laki yang mengahamili perempuan tersebut? seringkali tidak tersentuh sama sekali.
Mungkin ada yang berkata, kalau tidak mau bertanggung jawab (membuang bayi), ya jangan “berhubungan” ? Seolah-olah keinginan untuk berhubungan itu datang dari perempuan, dan bukan laki-laki. Pada titik ini, perempuan selalu dirugikan dan laki-laki selalu diuntungkan.
Kadang, tidak jarang banyak perempuan juga yang mengikuti perspekstif laki-laki. Yang menganggap eksploitasi tubuh perempuan karna perempuan bodoh, atau pemukulan yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan adalah hal yang wajar.
Sebagai ibu dari kehidupan, perempuan harus keluar dari penindasan ini. Ia mesti sadar, bahwa peran sosial yang ia jalani bukanlah sebuah kemutlakan. Berbagai pilihan ada di tangannya. Kaum perempuan perlu sadar bahwa kehidupan bertopang di bahu mereka. Mereka mesti bangkit dari perasaan tak berdaya yang ditimpakan oleh masyarakat.
Hal itu penting, sebab menjadi perempuan berarti menjadi perawat kehidupan. Menjadi perempuan juga berarti hidup dalam dilema. Ia dipuja dan dibutuhkan, namun dijajah sepanjang jalan kenangan. Sudah waktunya, dilema ini diakhiri. Kita perlu mendorong pembebasan kaum perempuan di TTS dan dimana pun. Mulai dari sekarang. Salam
*Honing Alvianto Bana. Lahir di Soe – Nusa Tenggara Timur. Saat ini sedang aktif di Komunitas Paloli TTS dan Pemuda Gereja GBKN.