Berita

Dikemas Lewat Acara Beta Pung Kampong, Peneliti Muda Sajikan Data Tata Kelola Lahan Berkelanjutan

3
×

Dikemas Lewat Acara Beta Pung Kampong, Peneliti Muda Sajikan Data Tata Kelola Lahan Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Ket foto : Nampak Sekda TTS, Seperius Edison Sipa saat memberikan sambutan pada acara Beta Pung Kampong di Aula Mutis Kantor Bupati TTS 

Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu.

SUARA TTS.COM | SOE – Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) yang adalah gabungan Peneliti muda telah merampungkan sejumlah kegiatan menghimpun data tata kelola lahan, ketahanan pangan, dan kesetaraan gender di 12 desa yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

IPML kemudian menyajikan temuan dan aspirasi mereka kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan dalam acara “Beta Pung Kampung” yang digelar di Aula Mutis, Kantor Bupati TTS, pada Kamis, 1 Desember 2022.

Hadir pada kesempatan tersebut, Sekda TTS Seperius Edison Sipa, Asisten 1 Semuel Fallo, pimpinan OPD, Sejumlah camat dan kepala desa, NGO,dan LSM.

Kegiatan ini merupakan kerjasama ICRAF dengan sejumlah OPD antar lain, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, KPH Unit TTS, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(DP3A), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Ketahanan Pangan.

Ketua panitia Beta Pung Kampong Bonefasius Derosari Nailiu dalam laporannya mengatakan Beta Pung Kampong yang mengusung tema “Lahan Berkelanjutan untuk Kesetaraan Gender, Ketahanan Pangan, dan Perubahan Iklim” ini adalah medium untuk menyampaikan data dasar dan informasi, temuan serta pengalaman.

Kegiatan yang tercakup dalam Beta Pung Kampong berupa diskusi bersama masyarakat petani, tokoh adat, tokoh agama, badan pengelola air, dan pemerintah desa.

Hasil kajian lapangan berupa tulisan populer, poster, video ini terkait pengelolaan lahan berkelanjutan, kesetaraan gender, ketahanan pangan dan perubahan iklim. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan suatu kebijakan yang tepat.

Diprakarsai oleh World Agrofestry (ICRAF) Indonesia melalui Land4Lives, IPML adalah wadah lulusan muda perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu untuk mengembangkan kapasitas dan berperan aktif dalam upaya mencari solusi berbasis alam untuk petani dan masyarakat desa di 3 Provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.

Dikatakan untuk NTT, fokus kegiatan Land4Lives berada di Kabupaten TTS. Land4Lives atau Sustainable Landscape for Climate Resilient Livelihoods adalah proyek kerja sama Pemerintah Indonesia melalui Bappenas dan Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada.

Koordiantor Provinsi Land4Lives Nusa Tenggara Timur, Yeni Fredik Nomeni mengatakan secara global, perubahan iklim yang drastis sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Akibatnya, secara umum kualitas hutan menjadi terancam dengan hilangnya berbagai keragamaan hayati, oksigen berkurang sehingga berdampak pada penurunan kualitas air, penurunan kualitas pangan karena lahan tidak dapat difungsikan dengan baik.

Penurunan kualitas pangan berakibat khususnya pada perempuan, karena ditangan merekalah kebutuhan pangan dan gizi keluarga dipertaruhkan.

Lebih lanjut dikatakan, Proses adaptasi menjadi pilihan untuk mengetahui sejauh mana perbaikan tata kelola lahan untuk adaptasi perubahan iklim. Berbagai praktek pengelolaan lahan pertanian ramah lingkungan perlu dilakukan di tingkat bentang lahan, sementara di tingkat desa dilakukan peningkatan sistem pengelolaan berbasis agroforestri untuk menanggani pemenuhan kualitas pangan masyarakat.

Sementara itu Bupati TTS dalam sambutannya yang disampaikan oleh Sekda TTS Drs.Seperius E. Sipa, M.Si, mengatakan 90 persen penduduk yang tinggal di pedesaan adalah petani dengan komoditas utama jagung dan memelihara sapi, babi dan ayam.

Masalah utama yang dihadapi yaitu tingkat kemiskinan dan stunting yang tinggi yaitu 28,3%. Selain itu, masalah topografi dan geografis menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Oleh karna itu pertemuan hari ini diharapkan menjadi waktu yang tepat untuk bisa menemukan solusi untuk masalah ketahanan pangan yang dihadapi. ” Atas nama pemerintah dan masyarakat TTS,saya menyampaikan terimakasih kepada ICRAF yang telah menyelenggarakan kegiatan ini, semoga ini bukan awal tetap terus berkelanjutan”tutupnya mengakhiri sambutan.(Sys).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *