Berita

Evaperca Program I-SEE di NTT, YTB Libatkan KIPDA TTS Inklusif

7
×

Evaperca Program I-SEE di NTT, YTB Libatkan KIPDA TTS Inklusif

Sebarkan artikel ini

Ket Foto : Nampak Ketua KIPDA TTS Inklusif sedangkan mengikuti kegiatan Evaperca Program I -SEE

Laporan Reporter SUARA TTS.COM,Erik Sanu

SUARA TTS.COM | Kupang- Proyek Sistem Kesehatan Mata Masyarakat yang Inklusif dan Efektif (Inklusive System for Effective Eye care, disingkat :I-SEE) dirancang untuk membantu mengurangi gangguan penglihatan dan kebutaan, terutama yang disebabkan katarak.

Selain itu proyek juga mengupayakan pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas dalam mengakses layanan kesehatan mata dan mendorong keterlibatan mereka dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek.

Project I-SEE juga berupaya agar dapat berkonstribusi dalam strategi RPJMN 2020-2024. Program Sistem Kesehatan Mata Masyarakat yang Inklusif dan Efektif ini telah dilaksanakan di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS sejak Tahun 2020 dan saat ini akan berakhir.

Untuk itu, dalam rangka mempersiapkan program Tahun 2023-2025,maka hari ini Rabu 31 /08/2022 sampai dengan besok Kamis 01/09/2022 bertempat di Hotel Swiss-Belcourt Kupang dilaksanakan presentasi evaluasi pelaksanaan program periode sebelumnya dan sekaligus perencanaan program lanjutan.

Kegiatan Evaluasi dan Perencanaan (EVAPERCA) Program ini melibatkan 40 orang peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinkes Kota Kupang, Dinkes Kabupaten TTS,Dinkes Kabupaten Kupang, Dinsos,Dinas PMD, BAPEDA Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS,serta sejumlah OPDis di 3 Wilayah tersebut.

Tidak ketinggalan dari Kabupaten TTS, Yayasan Tanpa Batas (YTB) Kupang turut menyertakan KIPDA TTS inklusif yang langsung di hadiri oleh ketuanya, Imanuel Nuban.

Evaluasi Perencanaan Program I-SEE ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, S. Si, A.Pt, MM.

Dalam sambutannya Kadis Ruth sangat mengapresiasi peran CBM dan YTB Kupang yang sangat membantu Pemprov NTT, masyarakat NTT di 3 wilayah kota dan Kabupaten untuk memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan mata inklusif dengan melibatkan kaum divabel lewat OPDis.

“Saya sangat berterima kasih dan juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya buat CBM dan YTB yang telah membantu Pemerintah NTT khususnya Dinas Kesehatan dan masyarakat yang alami gangguan penglihatan di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS lewat program I-SEE ini”.Paparnya.

Lebih lanjut dikatakan Dinas perlu melakukan replikasi lagi dengan penambahan wilayah interferensi karena selama 3 tahun ini hanya di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan TTS saja mengingat Program ini sangat inovatif.

Pada kesempatan yang sama program Manager CBM Indonesia, Adrian Brahma dalam arahannya menekankan agar CBM mendukung Projeckt tersebut. Ia juga berterima kasih pada Pemda NTT dan mendesain untuk kegiatan selanjutnya.

“Kami CBM sangat mendukung Program Kesehatan Mata di 3 Wilayah di NTT, Kami juga berterima kasih kepada Pemerintah Propinsi NTT atas dukungannya dan Kita desain untuk melakukan dan merumuskan kegiatan di tahun 2023 – 2026” Pungkas Adrian sapaannya.

Sementara itu Direktur YTB Kupang, Deni Sailana dalam sambutannya menyampaikan 3 poin penting.

Pertama YTB melakukan evaluasi program I-SEE bersama semua sthakeholder yang dapat digunakan sebagai landasan perencanaan pada fase 2023-2026.

Kedua,Kolaborasi semua pihak akan sangat bermanfaat dalam penaganan gangguan penglihatan di NTT khususnya kota Kupang, Kabupaten Kupang dan TTS.

Dan Ketiga, Program I-SEE hadir untuk mendukung Pemerintah Daerah dalam penanggulangan penglihatan 3 wilayah internasional.

Menanggapi pelaksanaan lokakarya Evaperca Program I-SEE di NTT yang melibatkan Organisasi Penyandang Disabilitas di TTS, Ketua KIPDA TTS inklusif Imanuel Nuban angkat bicara.

Menurut Ima, semua pihak harus tau bahwa yang bisa memahami kebutuhan Penyandang Disabilitas hanyalah Penyandang Disabilitas itu sendiri.

Untuk itu dalam merencanakan atau mendesain suatu pola pelayanan yang inklusif perlu ada keterlibatan OPDis.Apalagi dalam menangani orang yang punya masalah gangguan penglihatan yang apabila terabaikan bisa mengakibatkan kebutuhan secara permanen.

“Dalam merencanakan suatu pola pelayanan yang inklusif harus libatkan OPDis”.Tegas Alumni Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali ini.

Hingga berita ini diturunkan kegiatan masih berlangsung dengan agenda pemaparan hasil evaluasi kerja tahun 2020-2022 dan Diskusi Kelompok untuk Perencanaan Program Tahun 2023-2025.(Tim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *