BeritaOpini

HARDIKNAS : Keluarga, Masyarakat, Pemerintah Jadi Pelopor Pendidikan

1
×

HARDIKNAS : Keluarga, Masyarakat, Pemerintah Jadi Pelopor Pendidikan

Sebarkan artikel ini

 Oleh : Margaritha D.I Ottu

SUARA TTS.COM | SOE- Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) adalah perayaan atau peringatan tahunan di Indonesia untuk memperingati ulang tahun kelahiran Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor Pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa, diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.

Menyambut Hari Pendidikan merupakan momentum khusus untuk manfaat pendidikan di Indonesia maupun internasional bahkan di seluruh dunia.

Semboyan Ki Hajar Dewantara yang terkenal dari dulu hingga sekarang adalah tut wuri handayani, ing ngarsa sang tuladha, dan ing madya mangun karsa. Semboyan ini merupakan konsep yang dikenalkan oleh perguruan Taman Siswa sebelum kemerdekaan.

Perguruan Taman Siswa memiliki peranan yang cukup besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia.

Dibawah kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, Taman Siswa memiliki asas pendidikan yang disebut Patrap Triloka. Asas inilah yang menjadi semboyan Pendidikan Indonesia hingga sekarang. Makna Patrap Triloka yang menjadi semboyan pendidikan Indonesia yakni, Ing Ngarsa Sang Tuladha; Semboyan ini memiliki makna bila berada di depan hendaklah memberikan teladan yang baik. Inti dari semboyan tersebut, para pendidik harus senantiasa mengupayakan bimbingan kepada para siswanya untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat memberikan teladan dan menjadi panutan. Ing Madya Mangun Karsa; Semboyan ini memiliki arti, bila di tengah hendaklah memberikan dorongan atau inisiatif. Intinya, seorang pendidik harus mampu menumbuhkan semangat para siswanya untuk terus menorehkan karya. Jadi, pendidikan tak hanya untuk mengasah intelektual, tapi bisa menghasilkan sesuatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Tut Wuri Handayani; Semboyan ini memiliki pengertian bila di belakang hendaklah memberikan dukungan. Intinya, seorang pendidik harus bisa memberikan dukungan, bimbingan, atau arahan kepada seluruh siswanya. Sebab, bila siswa tidak memiliki semangat untuk belajar atau mengalami kesulitan, para pendidiklah yang harus paling pertama menyemangati mereka.

Sebuah kutipan dari buku Cornerstone of Education oleh Moh. Nawafil, semboyan Ki Hajar Dewantara lahir sebagai kritik dan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan Belanda pada waktu itu. Memang sejak muda, Ki Hajar Dewantara sudah mengenyam pendidikan Belanda. Namun, beliau tidak sepakat bila sistem tersebut diterapkan kepada anak-anak pribumi.

Ki Hajar Dewantara memandang sistem pendidikan Belanda pada saat itu terlalu mengikat dan mengekang kebebasan siswanya. Sistem ini cenderung bersifat memberi perintah, hukuman, dan menuntut para siswa untuk menjalankan semua aturan-aturan yang dibuat oleh pihak sekolah dan pemerintah. Peserta didik dipandang sebagai objek selama proses pembelajaran. Semua pengetahuan dan perintah dipegang oleh sekolah dan guru. Para siswa dianggap sebagai subjek yang pasif dalam menerima segala ilmu yang diberikan.

Sistem ini terkesan hanya mengasah intelektual saja seperti menulis, membaca, dan menghafal, tidak lebih. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus lebih dari itu semua yakni membentuk kepribadian siswa sesuai adat, tradisi, dan budaya Indonesia. Pembentukkan yang baik adalah memberikan ruang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali potensi diri. Mengekspresikannya dengan cara-cara kreatif dan bertanggung jawab sesuai kemampuan masing-masing individu. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara menerapkan tiga semboyan tersebut dalam sekolah Taman Siswa. Hingga kini, Patrap Triloka tersebut digunakan sebagai semboyan Pendidikan Indonesia.

Bahwa terdapat fenomena krisis karakter dan terkikisnya pengamalan pelaksanaan pengajaran Trikon sebagai rujukan pendidikan karakter yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu kontinuitas atau keberlanjutan/kontinuitas, Konsentris, dan Konvergensi atau kesatuan umat sedunia, berkaitan dengan hal itu maka perlu dilaksanakan penelaahan capaian Pendidikan umum di Indonesia terhadap misi yang akan dicapai serta membahas apa yang perlu dilakukan Bangsa Indonesia. Tujuan dari pendidikan umum adalah pentingnya keberadaan pendidikan nilai sebagai acuan dan demi tercapainya kehidupan dan interaksi sosial antar manusia yang baik, harmonis, disiplin, berkasih sayang, berdemokrasi, bertanggungjawab, memiliki loyalitas dan pengabdian, dan serasi atau harmonis.

Krisis karakter dengan tindakan merusak diri sebagai akibat dari kurang mengenanya pendidikan karakter sebagaimana definisinya dapat merusak dan membahayakan orang yang terlibat dalam perilaku tersebut, baik diri yang bersangkutan yang melakukan, maupun kelompok masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat, perilaku merusak diri ini berpengaruh pada pengembangan potensi daya saing, konflik masyarakat, memudarnya nilai-nilai kemanusiaan, dan lain-lain. Bahwa dalam rujukan pendidikan karakter, Ki Hajar Dewantara telah mencetuskan teori Trikon sebagai rujukan pendidikan karakter dengan tiga unsur yaitu Kontinuitas, Konsentrisitas, dan Konvergensi.

Pada Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 Pemerintah Republik Indonesia tiga fungsi utama adalah Pembentukan dan Pengembangan Potensi, Perbaikan dan Penguatan, dan Penyaring. Bahwa karakter yang dibutuhkan bangsa Indonesia terdiri atas: Membangun dan menguatkan kesadaran mengenai akan habisnya dan rusaknya sumber daya alam di Indonesia; Membangun dan menguatkan kesadaran serta keyakinan bahwa tidak ada keberhasilan sejati di luar kebijakan; Membangun kesadaran dan keyakinan bahwa kebhinekaan sebagai hal yang kodrati dan sumber kemajuan; Membangun kesadaran dan menguatkan kayakinan bahwa tidak ada martabat yang dapat dibangun dengan menadahkan tangan; Menumbuhkan kebanggaan berkontribusi.

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter, pikiran). Agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Pentingnya pendidikan menjadi tantangan dan tanggung jawab berbagai elemen dalam memainkan perannya.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam lingkungan inilah anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan maka jelas bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua.

Beberapa hal yang memegang peranan penting keluarga sebagai fungsi pendidikan dalam membentuk pandangan hidup seseorang meliputi pendidikan berupa pembinaan akhlak, intelektual dan kreativitas yang mereka miliki serta kehidupan pribadi dan sosial.

Sebagai bagian dari sebuah Pranata Sosial, Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan produk manusia Indonesia yang dapat bersaing tidak saja di kancah nasional namun juga internasional. Untuk menghadapi tantangan global ini, sistem pendidikan harus bersifat semesta dan menyeluruh dan berorientasi pada wahana  keberlangsungan hidup bangsa dan negara.

Dalam visi dan misi Pendidikan Nasioanal yang diamanatkan dalam konstitusi Pancasila dan UUD 1945, bahwa Pendidikan harus berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap berbagai tuntutan dan tantangan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini diperlukan tanggung jawab bersama semua elemen bangsa secara menyeluruh: keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Keluarga merupakan elemen dasar bagi sosialisasi nilai – nilai dalam pendidikan. Keluarga menjadi pilar utama dalam melaksanakan sosialisasi kehidupan, di dalamnya ada anggota-anggota yang saling bekerja sama: ayah, ibu, dan anak-anak. Dan saudara-saudara yang lain, merupakan tempat kontak pertama bagaimana cara bekerja sama dan hidup bersama orang lain.

Proses pendidikan akan berjalan seimbang dan berkesinambungan apabila masyarakat ikut bertanggung jawab atas berlangsungnya proses pendidikan. Masyarakat adalah juga bagian pilar penting setelah keluarga sebagai penyangga yang wajib bertanggung jawab atas keberhasilan produk pendidikan. Masyarakatlah yang ikut menentukan hitam putihnya dunia pendidikan. Masyarakat mempunyai sistem nilai, norma, aturan dan lain-lain yang semuanya ini terjalin dalam satu wadah besar kebudayaan nasional. Masyarakat memiliki harapan besar terhadap dunia pendidikan yang memadai, status sosial yang di hargai, peranan sosial yang sempurna, masa depan yang lebih baik.

Sejalan dengan tantangan dan masalah-masalah tersebut di atas, pilar lain yang tak kalah pentingnya adalah peran pemerintah dalam proses pendidikan. Dalam pembukaan UUD 1945, dinyatakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dengan demikian pemerintah diwajibkan mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia.  Artinya prinsip pendidikan nasional harus menjamin proses pendidikan secara merata dan berkeadilan.

“Pimpin Pemulihan, Bergerak Untuk Merdeka Belajar” adalah tema Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2022 yang merupakan tanggung jawab berbagai elemen dalam memajukan pendidikan.

Mari kita jadikan peringatan HARDIKNAS ini sebagai momentum Peningkatan Mutu Pendidikan dan memajukan kebudayaan serta menjadi motivasi kepada guru, pelajar, teman, dan sahabat. Pendidikan akan membentuk karakter sebuah Bangsa, jadikan semua tempat adalah tempat belajar dan semua orang adalah Guru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *