[ad_1]
Jakarta (BERITA CALEG) – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menekankan tiga poin penting pada Ministerial Meeting The 10th World Water Forum atau Forum Air Sedunia Ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Pertama, Tito memastikan solidaritas dan inklusivitas di antara seluruh negara dan pemangku kepentingan terkait air. Dia menekankan Forum Air Dunia Ke-10 harus mendorong upaya inovatif untuk menjamin keberlanjutan sektor air.
“Kita harus terus memberikan hasil nyata terkait pengelolaan sumber daya air terpadu, serta akses terhadap air minum yang bersih dan aman serta sanitasi yang memadai,” kata Mendagri dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Kedua, membangun sinergi dalam berbagai proses yang terkait dengan pengelolaan air. Untuk itu, dalam Forum Air Dunia Ke-10 ini, ia meminta keterlibatan seluruh pihak mulai dari tingkat internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tingkat regional, nasional, bahkan hingga tingkat lokal.
Proses-proses ini akan memastikan implementasi nyata dari target dan tujuan global terkait air, termasuk percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tahun 2030.
Baca juga: Presiden Jokowi ajak delegasi World Water Forum tinjau pembibitan bakau di Bali
Tito menyebutkan yang ketiga adalah mengarahkan komitmen politik yang membawa hasil nyata. Dia menegaskan pemerintahan di seluruh dunia perlu menjalankan dengan sungguh-sungguh apa yang diucapkan, dan mengubah diskusi menjadi tindakan.
Pembuatan kebijakan yang efektif dan komitmen jangka panjang terhadap solusi air akan menentukan keberhasilan pembahasan saat ini dan seterusnya.
“Oleh karena itu, Forum Air Dunia ke-10 harus menjadi mercusuar, yang memandu jalan kita menuju kerja sama yang inklusif, berdampak, dan saling menguntungkan, untuk melindungi generasi mendatang,” ujarnya.
Tito juga menyampaikan permasalahan air tidak hanya menjadi tanggung jawab para profesional dan akademisi, namun juga memerlukan kepemimpinan yang kuat dari para pembuat kebijakan, yang menekankan bahwa air bersifat politis.
“Ini adalah saat yang mendesak bagi umat manusia, karena pemerintah harus menunjukkan solidaritas dan berkolaborasi dalam mengatasi krisis air,” tutur Tito.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam acara pembukaan menyampaikan suatu kehormatan bagi Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Forum Air Sedunia (WWF) Ke-10 untuk meneguhkan komitmen bersama dan merumuskan aksi nyata pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan.
Jokowi menegaskan tanpa air tidak ada makanan, tidak ada perdamaian, dan tidak ada kehidupan. Oleh sebab itu, air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga.
“Sebagai negara dengan luas perairan yang mencapai 65 persen, Indonesia kaya kearifan lokal dalam pengelolaan air. Mulai dari sepanjang garis pantai, pinggiran aliran sungai, sampai tepian danau. Masyarakat kami memiliki budaya terhadap air, salah satunya adalah sistem perairan subak di Bali, yang dipraktikkan sejak abad kesebelas yang lalu dan diakui sebagai warisan budaya dunia,” ungkap Jokowi.
Lebih lanjut, bagi masyarakat Bali, air adalah kemuliaan yang mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama-sama. Hal tersebut sejalan dengan tema WWF Ke-10 yaitu “Air Bagi Kemakmuran Bersama”.
Tema ini dapat dimaknai menjadi tiga prinsip dasar, yaitu menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan dan kerja sama inklusif, serta menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama.
“Di mana ketiganya hanya bisa terwujud dengan sebuah kata kunci, yaitu kolaborasi. Di Indonesia kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam merestorasi Sungai Citarum, serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di Waduk Cirata yang menjadi terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di dunia,” tambahnya.
Dia berharap dunia bisa bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air. Sebab, air adalah sumber kehidupan, air merupakan simbol keseimbangan dan keharmonisan.
Namun ketika tidak dikelola dengan baik, juga bisa menjadi sumber bencana.
“Bisa kita bayangkan, dari 72 persen permukaan bumi yang tertutup air, hanya 1 persen yang bisa diakses dan digunakan sebagai air minum dan keperluan sanitasi. Bahkan di tahun 2050, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan,” pungkas dia.
Sebagai informasi, selain Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri, pembukaan KTT World Water Forum Ke-10 di Bali tersebut turut dihadiri oleh CEO Tesla Elon Musk, Head of The Government of the Kingdom Morocco H. E. MR. Aziz Akhannouch, dan President of The World Water Council Loïc Fauchon.
Berdasarkan siaran pers Tim Media dan Komunikasi WWF Ke-10, forum air terbesar dunia tersebut akan dihadiri sebanyak 13.448 orang dari 148 negara. Adapun delegasi VVIP terdiri dari 8 kepala negara dan wakil kepala pemerintahan, 3 utusan khusus, dan 38 menteri.
Baca juga: Ketua DPR buka Pameran dan Expo World Water Forum Ke-10
Baca juga: Menhub harap kesadaran menjaga sumber daya air semakin meningkat
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © BERITA CALEG 2024
[ad_2]